Bookmark and Share
Mari mampir....

Clock

Monday, April 26, 2010

Aksi demonstrasi akan berlanjut jika pemerintah Thailand tolak tuntutan

Para demonstran di Thailand bersiap-siap menentang pihak militer, setelah sempat menutup pusat bisnis paling sibuk di Bangkok selama 23 hari, menyusul sikap Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva yang membatalkan perundingan damai dan berjanji akan membubarkan aksi pendemo.

Didalam pernyataanya ditelevisi, Abhisit mengatakan akan mengembalikan pusat bisnis yang telah dikepung pendemo kepada publik. "Kita seharusnya tidak melakukan sesuatu yang dapat mengancam dan pemerintah akan menggunakan "kekuatan" untuk mencapai kemenangan politik, ungkapnya didampingi Kepala Militer Anupong Paojinda.

Dua hari lalu Abhisit menolak tawaran demonstran agar mengadakan pemilu tiga bulan dari sekarang, setelah sebelumnya meminta diadakan pemilu nasional secepatnya. Sekitar 80.000 polisi dan tentara disiapkan untuk mengambil alih lokasi pagi ini.

Tak kunjung adanya penyelesaian masalah mengakibatkan larinya para turis dan menurunkan tingkat investasi di Thailand karena banyak hotel, pusat perbelanjaan dan perkantoran yang berada dilokasi demonstrasi tutup.

Indeks acuan Thailand, SET Index sudah anjlok sampai 4,2 persen bulan ini, penampil terburuk di Asia karena banyak investor asing menarik dananya.

Menurut seorang analis pasar, kecemasan terhadap berlanjutnya aksi demonstrasi akan berdampak kepada ditariknya dana investasi keluar dari Thailand, sehingga menyeret jatuh saham dan baht.

Para demonstran yang umumnya mendukung mantan PM Thaksin Shinawatra yang saat ini masih buron, membuat barikade dari bambu dan ban bekas. Pimpinan demonstran meminta para anggotanya untuk tidak lagi menggunakan baju kaus merah, sebagai lambang perlawanan untuk mencegah diciduk polisi.

Sementara itu para demonstran diwilayah-wilayah provinsi memblokade jalan-jalan agar pihak keamanan tidak bisa mencapai wilayah ibu kota.

Weng Tojirakarn, salah satu pimpinan demonstrasi mengatakan bentrokan yang mengakibatkan banyak nyawa melayang akan menuntun kepada perang sipil, karena mereka tidak memiliki senjata dan tidak berafiliasi dengan para simpatisan yang mungkin akan menggunakan kekerasan.

Weng meyakinkan bahwa sebanyak 76 provinsi terlibat diseluruh wilayah, yang siap melakukan gerilya atau perang sipil jika aksi demonstrasi mereka dibubarkan.

"Proposal kami sudah sangat jelas bahwa kami ingin menghentikan jatuhnya korban jiwa maupun luka, jadi jika Abhisit menolak penawaran kami, maka sama saja dengan pemerintah berniat mulai membunuh kembali" jelas Weng.

Sementara dari pihak lawan, yang menentang Thaksin dan mendukung Abhisit akan mengadakan pertemuan hari ini. People's Alliance for Democracy berupaya menekan perdana menteri agar mereshuffle para pejabat militer dan polisi jika mereka tidak menaati perintah, berdasarkan keterangan jubir Parnthep Pourpongpan.

Dia menegaskan bahwa para demonstran harus tahu bahwa ada banyak orang yang menentang mereka.

Dilain pihak Kepala Militer Anupong kemarin mengatakan bahwa angkatan bersenjata masih bersatu dan tetap akan melaksanakan kebijakan pemerintah. Dia juga mengatakan mantan serdadu yang bergabung dengan demonstran dianggap bertanggung jawab atas kekerasan awal bulan ini.

Abhisit mengambil alih pemerintahan sejak Desember 2008 setelah pengadilan membubarkan partai berkuasa (yang didiami Thaksin) setelah dituduh melakukan kecurangi selama pemilu. Sebelumnya partai Thaksin berhasil memenangi pemilu selama empat kali berturut-turut, sejak 1992 partai Demokrat yang didiami Abhisit tidak pernah memenangi pemilu. (cek my other writes here)

No comments:

your ads